Dont Talk
Jika gambar di atas itu, atau sikap diamku tidak membuatmu merasa harus menghentikan perbuatan tidak beradabmu, baiklah, aku akan berbicara.
JANGAN MEMBICARAKAN AKU DI BELAKANG! Dengan maksud apapun itu, menolong permasalahan yang tengah menderaku, atau memang niatmu mengumbar aibku. Ada kutukanku dibalik kata-kata yang kau keluarga. Kau akan merasakan apa yang aku rasakan. Mungkin tidak sekarang terhadapmu, tapi kau akan merasakannya juga.
Kau tahu, setiap aku menulis sesuatu tentang apapun yang belum pernah aku lakukan--jika itu buruk--, aku selalu takut. Takut 'kutukan tulisan' atau aku menyebutnya 'kutukan pena', menghampiriku. Dan aku akan merasakan apa yang aku tuliskan. Tidak, aku tidak pernah mau merasakannya. Mungkin ini lucu bagimu, tapi aku benar-benar berhati-hati untuk tidak sok tahu. Aku mesti tahu dahulu apa yang sedang aku tuliskan.
Sekarang, jika kau membicarakanku, atau orang lain, kutukan mereka akan menghampirimu juga. Apa kau tahu, seberapa sakit jika kau merasakan apa yang kau bicarakan pada orang-orang tentang seseorang? Tidak terasa mungkin, karena kesakitan yang kau rasakan terasa lebih menusuk-nusukmu. Namun, jika kepalamu itu tidak dungu, kau akan tahu. Itu lebih dari sekedar sakit. Rasa malu akan lebih menusuk-nusukmu.
Jika kau benar MANUSIA yang punya pikiran, pikirkanlah kata-kataku. Jangan sebut aku teman, kawan, atau bahkan sahabat, jika mulutmu saja tidak pernah bisa mengancing. Sebegitu sulitkah mengancingkan mulut? Tentu tidak sesulit mengancingkan resleting celanamu yang macet. Cukup jawab 'tidak tahu', jika ada yang menanyakannya. Atau rapatkan saja mulutmu, lalu pergi. Aku selalu merasa kasihan sama orang-orang yang tidak bisa mengancingkan mulutnya. Termasuk terhadapmu. Karena, kutukanku tidak mengenal siapa dia. Orang yang membicarakanku (hal yang jelek), dia akan tetap terkena kutukku. Seberapa sesuai atau persis pun ceritamu tentangku itu dengan hidupku, kutukku tetap berlaku.
Maaf? Aku sangat sulit memberimu kata itu, kecuali kau membersihkan semua kata dan kalimat yang kau ucap itu. Sebelum kau lakukan itu, kau bersujud di kakiku pun tidak akan pernah aku lihat. AKU.... Aku termasuk orang yang sulit memaafkan orang-orang yang menyakitiku, meskipun aku menjawab 'iya aku memaafkan', tapi tidak melepaskan kutukanku.
Kau berpikir aku gila? Ya, ya, aku gila. Aku gila karena orang-orang bermulut besar sepertimu! Kau tahu, ini aku yang berbicara, dan ini bukan cerita fiksi seperti yang selalu aku tulis.
0 Comments