Jika
Jika kamu hendak menembak seseorang, tembaklah. Jangan berkata, apalagi membuatnya berharap untuk tetap hidup. Kau tahu, dia akan dua kali lebih kecewa jika akhirnya tetap sama mati di tanganmu. Saat itu terjadi, mungkin selanjutnya ia akan menghantui seumur hidupmu.
Itu hanya perumpamaan saja. Karena aku benar-benar tidak suka dengan hal semacam itu. Memberi harapan pada seseorang, dan membuatnya menantikan sesuatu, namun akhirnya tetap mengecewakan. Kau mungkin tahu, Tuan. Jika kau menjanjikan 'permen' pada anak kecil, ia akan terus meminta itu hingga kau mengabulkannya. Sementara kau mengatakan 'nanti', dan 'nanti', setiap anak itu menagih janjimu. Selain alasan berikut kebohongan yang mengiringinya juga. Kau berbohong tentang dompet yang tertinggal, kau juga berbohong lupa mampir di toko permen. Dan lain sebagainya.
Ada dua hal yang akan terjadi pada anak kecil itu jika kau akhirnya mengecewakannya. Pertama, ia akan menangis, dan terus saja menangis. Kedua, ia tidak menangis, namun akan membuatmu 'resah' pada akhirnya dengan kenakalannya. Karena mungkin saja ia akhirnya mencuri permen dari toko permen di seberang rumah? Dan itu mempermalukanmu.
Hmm, aku sudah memberikan contohnya padamu, Tuan. Aku tidak ingin kau berbuat kesalahan dengan berbohong padaku, I'm a big girl. You know? And I'm not stupid at all.
Aku bisa saja membalas perbuatanmu yang sudah mengecewakanku, aku bisa saja.
Aku bisa.
Saat kau tertawa bersama keluargamu, orang-orang yang sayang padamu. Saat itulah aku mendulang hakku, dan membuatmu tercengang dengan apa yang aku bisa. Tidak, tidak, aku tidak akan sepengecut orang-orang karena tidak mengakuinya. Aku akan menghadapmu, dan mengakuinya. Bahwa akulah yang melakukannya. Itu karena kau telah menyakitiku terlebih dahulu. Berbahagialah dengan pembalasanku.
Kau tercengang, pasti.
0 Comments