Wan Anwar: Kota yang Dibelah
(1)
kota ini telah dibelah, sungai bercabang
seperti raut pada rahangmu dan hidup yang sehening batu
setajam pucuk ombak, sengilu langit bisu
mestinya kita sekeras kayu belian
menyangga rumah dan sisa-sisa kedengkian
tapi ribuan tombak kembali menikam punggung kita
jembatan dan tepian mengekalkan jarak matamu dengan mataku
kota ini telah dibelah, malam serimbun hutan
barangkali kita harus belajar lagi menyalakan impian
(2)
Kita telah jatuh dari puncak biru gunung
Bergulingan di dasar kenangan, mengigau
di bawah derap kaki, menggali-gali serabut padi
di pematang yang tinggal baris dalam ingatan
separuh tubuh masih menggapai cakrawala
separuh lagi terbenam di perbatasan kota
ingatan memanjang melebihi catatan
mengeras di bawah langit yang terus didera cuaca
tulang kaki dan lutut berderak direnggut usia
rambut kita berjuntaian, lebih tajam dari tepi daun padi
kapuk randu pecah beterbangan
jatuh di tempias yang abadi menampung nestapa
kita telah jatuh dari puncak biru gunung
duri tumbuh di sekujur tubuh
sorot mata memudar, mengirimkan kabar
ke dalam ringkih sakit yang meraungkan rindu
0 Comments