Bingkisan Tanpa Nama
Sudah hampir pukul 17.00 WIB ketika aku melirik penanda waktu di sudut kanan laptopku. Mataku kemudian beralih ke dua benda yang masih terbuka di atas kertas pembungkus, beserta secarik kertas yang belum kutulisi. Kuhela nafas yang tiba-tiba terasa sesak. Apa yang akan terjadi? Bagaimana reaksinya nanti? Pertanyaan itu berkali-kali mendengung di pikiranku yang kemudian diberikan jawaban oleh hatiku dengan beberapa poin penilaian; terburuk, dan terbaik. Terburuk, dia membuangnya, meletakannya begitu saja tanpa disentuh sedikit pun, atau mengembalikannya padaku. Terbaik, dia tersenyum padaku meskipun di sana aku tak menyertakan namaku, langsung memakainya dan mengirimiku sms mengucapkan; 'terima kasih'. Ah, ah. Bila itu terlampau muluk, dengan hanya memakainya saja sudah cukup.
Kuhembuskan nafas beberapa kali, kemudian merentangkan tangan, dan mengeliatkan badan. Sedari pagi hanya duduk saja di depan laptop, rasanya tubuh ini protes. Segera kubungkus benda itu. Tak berapa lama, aku pun sudah siap mengunci pintu kamarku dan pergi ke agen pengiriman barang tercepat. Barangkali, itulah barang tercepat yang akan kukirimkan padamu, Kay. Karena ketika aku bersitatap dengan petugas di tempat itu, dan menjelaskan inginku, ia pun tampak bengong menatapku. Barangkali di kepalanya ia mengatakan: 'Perempuan gila, tempat pengiriman di samping kantorku juga. Kenapa harus memakai jasa kantorku. Selain itu, harus jam ini pula dikirimkan.'
Namun, karena ia melihat wajahku yang memelas, juga tatapan Shinchan yang kutampakkan, akhirnya ia menyetujui sembari mengatakan: "Oke, tapi ini tidak masuk ke list barang yang dikirim hari ini, ya. Ini personal saja. Silakan berikan paketnya ke mas yang di sana, dan bayar dia saja."
Haha.. Hal gila lainnya yang aku lakukan untukmu, Kay... Tolong diingat.
0 Comments