Ketika Kamu Berkunjung Ke Mimpiku
Ketika kamu berkunjung ke mimpiku;
Satu lembar bulu matamu jatuh di bantalku. Di samping remasan kertas bertuliskan: kita belum berkenalan. Kukatupkan mata kembali untuk mencarimu.
Aku menemukanmu di warung kopi. Kamu lebih dulu menghampiri, menggenggam tanganku dan mengajakku ke sisi paling sepi. Di meja telah tersedia dua gelas kopi, dan dua tangkup roti. Sementara kamu menarik kursi untukku, kepalaku sibuk mencari jawab dari tanya; ini nyata, atau sekadar mimpi?
Kita tidak bicara dalam lima jam ini. Kamu masih membaca buku, dan aku menulis puisi. Mata kita sesekali beradu. Kamu tersenyum pun aku. Tapi kita seperti tak mengenal bahasa, selain; 'aku suka' yang terpancar di mata
Di jam ke enam, kamu mendorong kursi dan berdiri. kamu mengeliat sebentar, lalu memberi isyarat untuk pergi. Ingin kutanya hendak ke mana, dan apa yang dicari dari kios-kios yang penuh manusia bergaun hitam ini. Tapi, garis wajahmu seperti memberiku perintah untuk diam saja.
Tiba di persimpangan jalan yang cukup sepi kamu menghentikan langkah, dan berbalik padaku. Raut wajahmu sudah teduh kembali, meski ada sepi menari di ujung matamu. Sementara nyeri tiba di dadaku tepat waktu. Kuterka, perpisahan pastilah akan menjadi akhir dari cerita. Tapi, bibirmu seperti mengucap kekata yang tidak aku mengerti.
: aku-tak-mampu-temukan-alasan-mencintai-selain-aku-mencintaimu
Hah?!
Benar itu kamu?
0 Comments