Setiap kali diharuskan memakai batik, saya selalu 'merengek' pada sanggar batik yang berada di Cikadu, Tanjung Lesung ini. Untungnya, rengekan saya merdu dan agak banyak micinnya, jadi saya dibolehkan memakai salah satu kain atau gaunnya. Heuheu.

Sejak mendengar seseorang sedang melakukan pemberdayaan masyarakat di sana, saya sudah sering merengek ingin ikut. Tapi, karena berbagai alasan, terutama kesibukan yang dibuat-buat, rengekan saya itu hanya sekadar rengekan belaka hingga akhirnya saya janjian di sana langsung dari rumah.

Sebenarnya, jarak dari rumah ke Cikadu Tanjung Lesung tidak sejauh dari rumah ke Serang. Setelah diantar ke Pasar Panimbang, saya hanya harus naik angkutan umum sekali hingga ke Sumur. Setelahnya, naik ojek ke sanggar. Itulah kali pertama saya berkunjung dan sok kenal dengan para pengrajin di sana.

Kedatangan kedua saya saat Festival Tanjung Lesung. Kami menginap di sanggar dan menghabiskan banyak waktu di sana. Saya juga sok-sokan belajar menggambar, meskipun masih takut memegang canting. Bukan takut sih, cuma saya tahu jika harga produksi membuat batik itu sangat mahal dan saya enggan menghabiskannya untuk sepotong sapu tangan yang sembarang saya gambar.

Iya, iya, itu hanya alasan saja. Karena sebenarnya saya sadar, saya termasuk orang seperti kamu yang ingin menikmati hasil jadi saja tanpa bersusah-susah lebih dulu ditambah dengan harga murah. Ah, menyebalkan sekali ya.

Tapi sekarang saya sudah membuang keinginan buruk seperti itu. Untuk beberapa hal yang saya tahu proses pembuatannya sangat rumit, saya memilih untuk tidak melakukan penawaran yang membuat sakit hati si penjual. Meskipun yah kadang-kadang saya juga senang diberi gratisan sih. Hihi.

Mengenai motif batik, sanggar Batik Cikadu Tanjung Lesung sudah memiliki puluhan motif. Bahkan, setiap bulan mereka launching motif baru. Baru-baru ini, motif durian menjadi salah satu motif yang diluncurkan.

Nah, bagi kamu yang ingin menambah koleksi batik, silakan hubungi instagram @batik_cikadu.