Kidung Permata
tak akan lagi aku memohon kehadiran
yang hanya serupa lagu paling sentimentil
selalu mengayun ke perasaan tak tentu
sesak semakin rutin datang
amarah banyak diperam
kecurigaan cepat sekali matang
kau mungkin lupa,
kita pernah berbagi pesan yang diputus zaman
menyusun tanda yang disisakan
dan menujahkan semoga dalam sujud tengah malam
tapi jalan panjang yang kita tapaki
berubah menjadi hitam dan putih di papan catur
bidak-bidak banyak tersungkur dengan dada hancur
tak ada yang gaduh mengaduh
hanya burai tawa yang membuat sakit telinga
pada akhirnya,
susunan tak pernah yang menjadi utuh
meski seluruh bagian sudah di hadapan
dan kita tahu harus darimana memulai
(2018)
0 Comments