Hitungan Kolot
"Senen, senen, salasa Rebo. Ooh, ngaleupeut..." kata bapa saat kami membicarakan tradisi membuat ketupat di pertengahan Ramadan. Hitungan 'kolot baheula' itu bapa pakai. Tak hanya bapa, di kampung kami, hampir semua kolot masih memakai hitungan yang sama untuk menjawab pertanyaan kapan kegiatan tertentu dijadwalkan. Misalnya, kegiatan menyebar benih, tandur dan lainnya.
Saya yang mengingat hari dan tanggal saja sering diingatkan kalender ponsel, menjadi miskomunikasi. Sebab dahulu, seingat saya, ende (nenek) mengatakan hal serupa yang diakuinya sebagai hitungan untuk menentukan waktu dua minggu dari hari ini. Tapi ternyata saya salah ingat, salah dengar.
Saat sahur hari ini (7/5/2020), bapa, mamah dan saya membahasnya lagi. Rupanya, itu hitungan 10 harian, men! Bukan dua mingguan seperti yang selama ini saya ingat. Pantas saja beberapa jadwal menjadi tidak tepat. Heu.
Jadi hitungannya itu rupanya dimulai dari hari dimana seseorang itu mengatakannya. Dalam kasus ini, bapa mengatakannya di hari Senin yang ia temukan ke Senin minggu berikutnya dan ditambah dua hari setelahnya. Jumlahnya 10 hari.
Yah, saya kira masih 2 minggu lagi!
Ramadan sudah memasuki pertengahan dan qunut dalam tarawih akan mulai dibaca imam. Yah, cepat sekali. Tapi setidaknya, saya tahu sebenar lagi kita makan ketupat. Sebab, hari ini di kampung kami akan mulai sesi "ngala" janur kelapa dan membuat bungkus ketupat. Meskipun hari ini juga, saya pergi menginap di Pandeglang untuk menyelesaikan urusan yang sudah lama belum selesai juga. Yah, hitung-hitung peregangan di punggung Pulosari setelah lama rebahan.
Selamat sahur. Selamat berpuasa.
Semoga kita semua selalu sehat.
0 Comments