Terbang Tinggi, Burung Kayu!
"Doangna mah, Felix nu meunang, bel."
"Maca novel aing bae geh teu anggeus maneh..."
"Ahahaha. Nya, maneh nu meunang."
"Kumcerna Ben Sohib itu keren juga..."
"Saingan berat, nyah."
"Punya Kedung dan Mawin aing can maca. Jadi teu nyaho. Novelnya Felix dan Kumcernya Ben itu lawan yang kuat."
"Maneh baelah nu meunang, meh aing meunang henpon anyar. 😂"
"🤔🤔🤔"
Ini potongan percakapan kami di DM Instagram saat Niduparas Erlang mengumumkan bahwa novelnya "Burung Kayu" masuk 5 besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2020. Maafkan kami menggibah. Dan memang benar, saya juga belum menyelesaikan pembacaan atas novel pertamanya itu. Karena novelnya ketinggalan di rumah. Padahal, sudah saya siapkan untuk dibawa juga ke Serang bersama sebagian buku-buku yang mungkin saya perlukan. Sementara untuk pulang, saya masih harus terus diundur sampai saya merasa harus pulang. Bukan apa-apa, jauh dan sepertinya akan sulit lagi untuk keluar rumah.
Seusai melihat-lihat koleksi Museum Negeri Banten, siang tadi, Heru Joni Putra menghubungi Nanda Ghaida. Saat itulah saya tahu bahwa "Burung Kayu"-lah yang menjadi pemenang di Kusala Sastra tahun ini. Hmm, tidak meleset dari prakiraan. Meskipun, saat saya dan Nidu berbincang itu, rasanya saya malas sekali mengatakan kemenangannya. Bukan karena iri, tapi agar dia tidak geer duluan. Yah, dengan mengatakan orang lain yang akan menang, saya berharap hukum hari kebalikan Spongebob bekerja. Hahaha.
Tapi da nggak gitu cara mainnya, kan? Semesta selalu mengabulkan keinginan yang tulus dari kalbu kita. Karena itu, meski terkesan datar saja, saya katakan dia yang akan menang. Lagipula, saya akan bebas meminta handphone baru padanya ketimbang sama orang lain. Selamat, bel! Kado terbaik di 34.
0 Comments