Beber Layar Jatukrami
Siapa sangka, diperkenalkan saat perasaan saya berada di antara--melayang, tidak menjejak bumi, sekarang malah menjadi seseorang yang akan menemani hidup saya selanjutnya. Lima bulan, waktu yang sebentar mempresentasikan apa dan bagaimana diri kami sesungguhnya, baik pribadi kami masing-masing, sekaligus keluarga kami. Karena itu, hingga saat ini saya sering menanyakan pertanyaan yang sama; "Kamu siapa?" atau "Kita pacaran apa udah nikah?"
Gerhana matahari cincin menghiasi langit Juli 2021, menjadi awal mula dari semuanya. Saat itu, kami diperkenalkan seorang teman yang keuheul melihat saya galau melulu dan ngopi sendirian melulu. Meskipun tidak mengatakan iya atau tidak, kami bertemu, berkenalan dan haha-hihi bersama tanpa menyembunyikan apa-apa yang tidak perlu disembunyikan. Meskipun di saat yang sama, saya masih lieur karena beberapa hal.
Tapi, seiring berjalannya waktu dan seringnya melihat hal-hal yang dia usahakan untuk menjadi dekat, saya memutuskan untuk menjejak bumi lagi dan tidak banyak melihat ke arah lain. Capek culak-cileuk melulu itu ya, kan? Karena itu, kami kemudian memutuskan untuk berkomitmen. Kenapa komitmen yang pertama? Karena kami sudah sama-sama belajar sebelumnya, bagaimana komitmen sangat rapuh dan mudah patah hanya karena hal-hal kecil, remeh dan seringkali kita lewatkan begitu saja. Tapi pada akhirnya saat hal itu terjadi, dan kemudian kita memikirkan ulang seringkali muncul perasaan 'asa teu kudu' (nggak perlu sampai segitunya) sikap kita itu. Ego yang mengambil peran lebih banyak, seringkali menjadi kiamat kecil dalam kehidupan kita, bukan?
Karena itu, untuk meminimalisir segala kemungkinan tidak mengenakan hati dan perasaan, kami mengawalinya dengan berkomitmen dan membicarakan apapun yang dirasakan. Tentu saja dengan sedikit drama yang diakhiri komedi. Setelahnya, kami bersepakat untuk saling menerima, baik dan buruk, kurang dan lebih pada diri kami masing-masing. Ini bukan proses yang mudah dan sudah kami lampaui, tapi terus kami jalani hingga kelak.
Dan ketika kami sampai pada perkara yang tidak kami temukan solusi, kami serahkan keputusan itu pada kedua keluarga besar kami. Karena itu, Rabu, 7 November 2021 atau bertepatan pada 2 Rabiul Awal 1442 H, atau Radithé Wage, 9k (Paropoek) Maga1958 Caka Sunda disepakati sebagai waktu prosesi sederhana ikrar kami.
Kami hanya memiliki rentang waktu kurang lebih 1,5 bulan untuk mempersiapkan segalanya. Sedangkan di sisi lain, pekerjaan masih terus membelit kami. Bagaimana tidak, saya masih harus menyelesaikan bhakti di bumi Lebak, sedangkan kakang juga masih sibuk dengan pekerjaannya. Dan di saat yang sama, keuangan kami tidak memadai untuk menggelar resepsi.
Karena di sisi lain, kami tidak begitu ingin kemeriahan pesta, hanya ingin prosesi sederhana yang berkesan untuk berkumpulnya dua keluarga. Namun, karena pakaulan kadung diucap, akhirnya seperti inilah gelar ikrar kami. Masih dalam kesederhanaan, sedikit riasan, dan yang terpenting dapat membayar lunas kaul dari mamah saya. Bila ada kata yang bisa mengekspresikan kebahagiaan dari kata bahagia, maka pastilah saya akan menggunakan kata itu.
Saya tidak pernah merasa memiliki keinginan yang muluk, bahkan ketika seseorang hadir dan hidup bersama saya. Saya tetap akan menjalani apa yang sebelumnya saya jalani, bedanya kali ini dengan tenang. Ketenangan yang saya harapkan itu, barangkali akan membuahkan berbagai hal yang membuat kami sama-sama belajar mengenai pengertian, keberterimaan, dan perjalanan menuju pribadi yang lebih tinggi, sukses dan kaya raya. Ah, tentu kaya raya itu harus tetap ada. Karena segala sesuatu harus dikerjakan dengan modal yang memadai, bukan? Bahkan, saudara pun bisa menjauh jika tidak berkecukupan. Haha. Ironis banget sih bagian ini. Hanya saja, saya tidak mau ngoyo memenuhinya. Saya hanya akan menjalankan apa adanya saja.
Bagaimana pun, akan ada banyak hal yang terjadi di kehidupan selanjutnya. Air mata yang sederas hujan di hari Minggu itu, adalah wujud syukur pada Gusti Allah karena saya dididik dan dibesarkan dalam keluarga ini. Karena itu, hatur sembah nuhun untuk keluarga bapa dan mamah--keluargaku tercinta, keluarga besar Abah Ende Sabin dan Mbah Rais, Keluarga Besar Ki Zakir dan seluruh masyarakat Kp. Kikeder khususnya dan umumnya Desa Turus, yang sudah bahu membahu membantu keluarga baru saya dan tamu undangan. Terima kasih juga kepada keluarga besar baruku dari Cilegon, kawan-kawan, sahabat, rekan kerja, dan handai taulan yang sudah nyakseni prosesi sederhana dalam ikrar kami.
Semoga tidak mengurangi kebahagiaan meskipun banyak sekali kekurangannya, baik dari kondisi jalan yang mesti dilalui--yang kami sebut rintangan 1 hingga sekian setiap kami melewatinya, maupun dari segi jamuannya. Semoga Gusti Allah SWT yang Maha Agung membalas seluruh kebaikan kawan-kawan. Untuk yang kembali pulang--tanpa sempat sampai lokasi atau yang ingin hadir tapi karena suatu kondisi menyebabkan batal hadir, doa dan kebaikannya sudah kami terima. Terima kasih banyak.
Semoga kita semua selalu sehat.
Rahayu, Rahayu, Rahayu sagung dumadi.
0 Comments