Sulitnya Aktivasi BRImo!
Jika bapa tidak meminta saya membuat rekening di bank kesayangan keluarga kami pada November tahun lalu, mungkin saya akan berpikir ulang untuk membuka rekening baru. Banyak banget pertimbangannya, sih. Tapi karena sudah ditagih bapa dengan alasan akses ke bank BRI lebih terjangkau dibanding ke bank lain. Disamping alasan lainnya. Intinya, saya harus menyediakan apa yang dimintanya. Jika tidak, bapa pasti rewel. Yah, hitung-hitung jadi tempat menabunglah. Siapa tahu bisa beranak pinak hingga membawa kami ziarah ke Ma'la. Aamiin, dong!
Akhirnya, saya mencari informasi tentang bank BRI dan dipertemukan dengan aplikasi BRImo. Mantap, nih, pikir saya saat mengetahui BRI menyediakan layanan bisa membuka rekening baru langsung di aplikasi tanpa perlu ke kantornya.
Mudah, sangat mudah. Kurang dari 10 menit, saya sudah mengirim rekening BRI saya ke bapa. Meskipun untuk mendapat kartu ATM dan buku tabungan harus tetap pergi ke kantor cabang BRI terdekat. Tapi, inovasi ini cukup membuat saya berterima kasih karena apa yang dipinta bapa bisa segera saya sediakan.
Esoknya, saya mampir ke kantor cabang yang saya lihat pertama kali saat melewati Jl. Raya Serang-Pandeglang. Saya kira, dengan adanya inovasi cukup baik ini, pelayanan di kantornya akan baik pula. Tapi ternyata jauh panggang dari api, Rudolf.
Mas satpam yang membantu mbak Customer Service (CS) menanyakan hal yang menurut saya asa teu kudu. Pertanyaan 'kerja di mana?' masih bisa ditoleransi karena mungkin untuk mengetahui aliran dana yang nanti disimpan di rekening nasabah. Tapi jika harus menyertakan Surat Keterangan dari insitusi/perusahaan tempat bekerja, kok bikin saya mending memilih tidak jadi buka rekening, ya? Berpikir baiknya, mungkin SOP-nya begitu. Tapi asa pengen mendebatnya, euy!
Mendengar perdebatan saya dengan Mas Satpam, Mbak CS menengahi dengan meminta Mas Satpam menyediakan kebutuhan saya saja. Iya, saya butuh buku tabungan dan kartu ATM saja seperti apa yang tertulis di aplikasi BRImo, kok. Bukan meminta kepemilikan atas bank-nya itu sendiri. Kalau pun bisa beli sahamnya, tapi ke heula sajalah.
Selama rentang waktu November-Mei, sebelum mengharuskan diri untuk mengganti ponsel karena kebutuhan menunjang peralatan tempur (pekerjaan), selama itu, sebisa mungkin saya menahan diri untuk tidak banyak mengakses rekening ini untuk hal-hal yang bisa saya kesampingkan. Jika tidak kepepet banget, sebisa mungkin tidak menggunakan dana di rekening inilah.
Tapi, pada Seba Baduy 2022, saya merasa perlu mengganti ponsel dengan yang lebih bisa menunjang kebutuhan pekerjaan. Khususnya dari spesifikasi kameranya. Apalagi jika membandingkan hasil rekaman ponsel saya dengan hasil rekaman ponsel kakang yang saya pinjam hari ini. Ingin menangis! Karena itu, saya sedikit merengek pada kakang untuk memesankan apa yang saya butuhkan itu.
Saat ponsel pengganti sampai di tangan, saya segera memindahkan semua data dan mengunduh aplikasi sesuai dengan ponsel yang lama. Termasuk beberapa aplikasi perbankan, salah satunya BRImo. Tapi sialnya, karena saya sudah lama menggunakan fasilitas fingerprint saat mengakses BRImo di ponsel lama. Alhasil, saya harus mengingat dengan sungguh-sungguh user ID untuk kemudian mereset passwordnya. Sialnya lagi, saat mencoba mengakses BRImo kembali dengan passwod baru, keterangannya ternyata tetap salah password, salah caption number. Diulang berkali-kali hingga notifikasi limit akses menjadi tanda apa yang saya lakukan sia-sia.
Esoknya, saya segera mampir ke BRI cabang tempat sebelumnya saya membuka rekening. Saya utarakan masalah itu dan meminta akses username akun BRImo saya di data mereka. Tapi, secarik kertas bertuliskan akun BRImo dari mbak CS itu membuat kening saya berkerut; emang bener itu ya? Kayaknya bukan. Tapi karena tidak mau terlalu lama di depan mbak CS yang sepertinya sedang memiliki masalah hidup yang sangat berat itu--perlu mengurus banyak hal, saya mengikuti saja anjurannya dengan memasukan user ID yang ia tuliskan itu dan mencoba password identik--dengan password yang paling sering saya pakai di beberapa akun media sosial saya. Tapi ternyata tetap sama, semuanya salah.
"Tidak bisa, mbak," ujar saya sambil menunjukan notifikasi merah dengan tulisan yang intinya 'user ID atau password salah'.
"Ya udah, hapus dulu aplikasinya, download lagi, lalu daftar ulang," sarannya sementara dia sibuk dengan berkas di mejanya. Saya ikuti apa yang dianjurkannya, melakukan hal yang sama, dan tetap tidak bisa mengakses akun BRImo.
"Tidak bisa," ujar saya datar mencoba menahan rasa ingin menyerah dan tidur saja.
"Ibu mengikuti anjuran saya? Tadi ibu mengakses yang mana?" tanyanya sembari melongok ponsel saya. Saya tunjuk pilihan 'punya akun'. Da emang punya. Toh user ID sudah ia beri, cuma lupa password. Pikir saya.
"Kata saya apa tadi? Akses Belum Punya Akun," ujarnya sambil menunjuk bagian bawanya.
"Oalah," gumam saya sambil terus memproses bilah ke bilah dan mengisi apa yang harus diisi di sana. Karena rasanya ingin segera mengakhiri sesi dan keluar dari gedung itu, mata saya tidak menemukan bilah pencarian tanggal dan tahun lahir sehingga harus menggeser layar lebih lama untuk sampai ke tanggal dan tahun lahir saya. Melihat hal itu, ia menunjuk sisi bagian lain dan menyuruh saya mencari di sana dengan nada yang tidak enak.
"Ya sudah, di rumah saja. Terima kasih mbak," ujar saya setelah saya merasa tidak dapat menahan diri lagi karena dada nggrundel sekali. Ia kemudian membalasnya dengan kalimat; '...itu memang bisa dilakukan di rumah' atau apalah telinga saya tidak begitu menangkapnya karena saya langsung mengajak kakang keluar untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Cilegon.
Di Cilegon, saya kembali membuka aplikasi BRImo dan coba melakukan apa yang sebelumnya disarankan CS itu. Awalnya lancar, hingga ke tahap verifikasi wajah dalam bentuk video 10 detik sembari mengatakan kurang lebih; 'saya (nama) siap melakukan aktivasi BRImo'. Setelah menekan kirim video, aplikasi melakukan prosesnya dan kemudian muncul notifikasi 'tidak ada koneksi internet'. Padahal, akses internet masih baik dan area itu sudah tercover 4G+ dan jaringan provider sedang baik-baik saja. Kalau aksesnya di kampung saya, wajar sekalilah karena provider mana pun bapuk jasa.
Dicoba beberapa kali, tetap sama. Saya terus bolak-balik dari aplikasi BRImo ke G-mail untuk mencari keterangan user ID dan e-mail dari BRI. Salah satu e-mail tentang e-KYC dari Privy membuat saya tertegun. Maksudnya apa, ya? Harus download aplikasi Privy dulu gitu? Saya akses aplikasi itu untuk menyelesaikan kendala yang saya hadapi. Tapi, setelah ngobrol dengan agent Privy diketahui jika Privy yang bekerja sama dengan BRI tidak memfasilitasi kendala akses BRImo. Ya elah, ya iyalah pasti salah kamar. Gumam saya sembari nyengir, lucu sendiri.
Karena itu, saya mencari alternatif lain dengan menuju Twitter dan menghubungi akun BRI untuk meminta bantuan. Pertanyaan demi pertanyaan saya dijawab baik. Saran-saran yang ditulis mas/mbak admin langsung saya lakukan. Mulai dari mencari e-mail informasi mengenai user ID di e-mail (karena saya bertanya perihal user ID yang saya mungkinkan saya lupa, menjajal dua user ID (lama & baru) yang saya temukan di e-mail, meminta reset password lagi, dan lagi dan lagi yang selalu diberi informasi caption number atau apalah itu salah padahal sudah benar type sesuai yang tertera di sana, dan hal-hal lain yang sekiranya bisa membuat saya bisa mengakses akun BRImo. Tapi tetap tidak bisa.
Akhirnya, saking kesal dan hopeless-nya, saya kembali mengirim DM.
"Sudah mencoba menggunakan user ID baru, tapi tetap tidak masuk karena password salah. Sudah coba reset lagi, tapi error melulu. Saya nyerah deh, aktivasi BRImo-nya deh. Toh bikin baru juga bermasalah melulu begini. Ribet banget."
Tidak ada jawaban lagi hingga sore hari dalam perjalanan pulang ke Serang, notifikasi DM Twitter muncul. Dan meminta saya untuk memastikan User ID dan password yang digunakan saat login sudah sesuai/benar dan disarankan juga untuk mengunjungi kantor BRI terdekat dengan membawa KTP dan kartu ATM serta nomor ponsel aktif untuk registrasi ulang. Piceun baelah, keuheul!
Sampai di Jl. Diponegoro, Kota Serang, saya langsung mampir untuk mengaktifkan m-banking di bank pertama dan langsung aktif di saat itu juga. Setelahnya, saya mampir ke ATM BRI. Belegug-nya saya, sampai akhir pun masih tetap mencoba mengaktivasi BRImo melalui ATM. Keterangan di layar mesin ATM tentu saja, tidak dapat mengaksesnya. Jika BRImo tidak bisa, mungkin aktivasi m-bankingnya bisa. Tapi ternyata tetap tidak dapat diakses. Saya coba pindah ke mesin ATM sebelahnya untuk melakukan hal yang sama dan tentu saja sia-sia, Marimar!
"Pindahin ajalah, keuheul. Teu guna," kesal saya yang langsung diledek kakang.
* * *
Dan kesia-siaan lainnya yang saya lakukan hari ini adalah sebelum memposting tulisan ini, saya masih berusaha registrasi ulang BRImo beberapa kali dan terus mendapat notifikasi tidak ada internet seusai mengirim video persetujuan. Kan goblog. Ini mah kayak udah ditolak berkali-kali tetep we keukeuh ngudag, koplok jasa. Cag, ah.
0 Comments