Hari Donor Darah Sedunia dan Arti Pentingnya



Hari Donor Darah Sedunia adalah momen penting yang diperingati setiap tahun pada tanggal 14 Juni. Merayakan kesempatan ini merupakan wujud penghargaan terhadap para pahlawan tanpa tanda jasa yang dengan sukarela menyumbangkan darah mereka untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali menginisiasi peringatan ini pada tahun 2004 sebagai bentuk apresiasi terhadap kontribusi besar para pendonor darah di seluruh dunia.

Sejarah dari Hari Donor Darah Sedunia mencerminkan perjalanan panjang perawatan kesehatan manusia. Dalam konteks ini, nama Karl Landsteiner tak bisa diabaikan. Sebagai seorang ahli biologi dan dokter Austria, Landsteiner diakui sebagai tokoh utama dalam perkembangan transfusi darah modern. Pada tahun 1901, dia berhasil menemukan sistem golongan darah ABO, yang menjadi dasar penting dalam memahami kompatibilitas darah antara donor dan penerima. 

Berkat penemuannya itu, dia mengembangkan sistem modern untuk mengelompokkan golongan darah manusia menjadi A, B, AB, dan O. Tak hanya itu, pada tahun 1937, bersama dengan Alexander S. Wiener, mereka berhasil mengidentifikasi faktor Rhesus, yang memungkinkan proses transfusi darah tanpa mengancam nyawa penerima.

Hari Donor Darah Sedunia dibentuk pada tahun 2004 oleh Organisasi Kesehatan Dunia, Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Federasi Internasional Organisasi Donor Darah (IFBDO), dan Perkumpulan Transfusi Darah Internasional (ISBT).

Bagaimana cara kita memperingati Hari Donor Darah Sedunia? Salah satu cara adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya donor darah di antara masyarakat. Ini bisa dilakukan melalui kampanye sosial media, seminar kesehatan, atau bahkan kegiatan donor darah massal yang melibatkan komunitas lokal. Selain itu, pendidikan tentang proses donor darah dan manfaatnya juga dapat membantu menghilangkan stigma atau ketakutan yang mungkin dimiliki beberapa orang terhadap proses donor darah.

Namun, dalam merayakan prestasi para pendonor darah, kita juga perlu mengakui tantangan yang pernah dihadapi dalam perjalanan menuju keberhasilan donor darah. Misalnya, epidemi AIDS/HIV pada tahun 1980-an menimbulkan ketakutan akan penularan penyakit melalui darah, yang mengakibatkan sejumlah aturan ketat terkait donor darah, terutama terhadap kelompok-kelompok tertentu seperti laki-laki gay dan biseksual yang aktif secara seksual. Meskipun sebagian aturan tersebut telah dikendurkan seiring waktu, namun stigma dan diskriminasi terhadap beberapa kelompok pendonor masih menjadi hambatan dalam upaya meningkatkan pasokan darah yang memadai.

Selain itu, peristiwa global seperti wabah 'penyakit sapi gila' juga memengaruhi kebijakan donor darah di beberapa negara. Contohnya adalah larangan bagi mereka yang tinggal di Inggris selama periode tertentu untuk mendonorkan darah mereka karena dikhawatirkan adanya potensi penularan penyakit tersebut melalui darah. Meskipun kebijakan tersebut mungkin diberlakukan dengan niat baik untuk menjaga keamanan pasokan darah, namun perlu juga diakui bahwa kebijakan semacam itu dapat menciptakan ketidakadilan atau kesenjangan dalam akses terhadap layanan kesehatan.

Seiring berjalannya waktu, kebijakan terkait donor darah terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman akan risiko serta manfaatnya. Misalnya, dengan adanya teknologi pengujian darah yang semakin canggih, risiko penularan penyakit melalui transfusi darah dapat diminimalkan secara signifikan, sehingga memungkinkan lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan donor darah.

Penting untuk diingat bahwa donor darah adalah tindakan sederhana namun luar biasa yang dapat menyelamatkan nyawa. Oleh karena itu, mari jadikan Hari Donor Darah Sedunia ini sebagai momentum untuk menginspirasi lebih banyak orang untuk berbagi kebaikan melalui donor darah dan memperkuat solidaritas kita dalam membangun masyarakat yang lebih sehat dan berdaya.

You Might Also Like

0 Comments