Hari Bakti Pekerjaan Umum: Menghormati Pengabdian dan Kepahlawanan
Tanggal 3 Desember setiap tahun diperingati sebagai Hari Bakti Pekerjaan Umum (HARBAK) di Indonesia. Peringatan ini tidak hanya merayakan kontribusi besar sektor pekerjaan umum, tetapi juga mengenang peristiwa bersejarah yang melibatkan Gedung Sate, sebuah landmark penting di Kota Bandung. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai sejarah dan makna dari Hari Bakti Pekerjaan Umum.
Sejarah Hari Bakti Pekerjaan Umum
Hari Bakti Pekerjaan Umum memperingati peristiwa heroik yang terjadi pada tanggal 3 Desember 1945. Pada hari tersebut, Gedung Sate, yang pada masa itu berfungsi sebagai kantor Departemen Pekerjaan Umum (PU), mengalami serangan hebat dari pasukan tentara sekutu (NICA) yang ingin merebut bangunan tersebut.
Gedung Sate, yang kini dikenal sebagai ikon Kota Bandung, dijaga oleh 21 petugas dari Gerakan Pemuda Pekerjaan Umum. Mereka mempertahankan gedung tersebut dengan gigih meskipun dalam kondisi yang sangat tidak seimbang, melawan pasukan bersenjata lengkap dan modern. Pertempuran ini berlangsung dari pukul 11.00 WIB hingga 14.00 WIB, dan mengakibatkan tujuh pegawai PU gugur dalam pertempuran tersebut. Nama-nama mereka—Didi Hardianto Kamarga, Muchtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo, Soebengat, Ranu, dan Soerjono—kemudian dikenang sebagai Pahlawan Sapta Taruna.
Pertempuran di Gedung Sate menjadi simbol semangat dan keberanian para pegawai PU dalam melaksanakan tugas mereka. Pada tanggal 2 Desember 1961, Menteri Pertama Ir. H. Djuanda memberikan "Pernyataan Penghargaan" tertulis kepada mereka yang gugur dalam peristiwa tersebut. Hari Bakti Pekerjaan Umum kini diperingati untuk mengenang pengabdian dan kepahlawanan mereka serta semangat kesatuan dan solidaritas dalam sektor pekerjaan umum.
Sejarah Gedung Sate
Gedung Sate adalah salah satu bangunan bersejarah yang terletak di Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Dibangun pada tahun 1920 selama masa pemerintahan Hindia Belanda, Gedung Sate merupakan bagian dari megaproyek kompleks pemerintahan yang dikenal sebagai Gouvernement Bedrijven. Gedung ini dirancang oleh arsitek J. Berger dengan gaya arsitektur yang menggabungkan elemen budaya timur dan barat, serta didukung oleh teknik konstruksi canggih dari barat.
Selama periode krisis moneter pada tahun 1930, pembangunan Gedung Sate terhambat, dan hanya dua gedung yang berhasil dibangun—Gedung Sate dan Kantor Pos. Pada tahun 1980, Gedung Sate beralih fungsi menjadi kantor Gubernur Jawa Barat dan telah mengalami berbagai renovasi dan perbaikan.
Di bawah kepemimpinan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar, sebuah museum Gedung Sate dibangun di bagian bawah gedung. Di era Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, plaza di bagian depan dan taman di belakang gedung juga diperbaiki. Salah satu ciri khas Gedung Sate adalah ornamen berbentuk tusuk sate di puncaknya, yang berfungsi sebagai penangkal petir. Nama "Gedung Sate" sendiri berasal dari ekspresi masyarakat yang kesulitan melafalkan nama dalam bahasa Belanda dan akhirnya menamai gedung berdasarkan ciri khasnya.
Peringatan dan Makna
Hari Bakti Pekerjaan Umum adalah kesempatan untuk menghormati pengabdian dan keberanian para pahlawan yang gugur dalam mempertahankan Gedung Sate serta merayakan kontribusi sektor pekerjaan umum dalam pembangunan nasional. Selain itu, Hari Bakti PU juga mengingatkan kita akan pentingnya semangat persatuan, kesadaran sosial, dan rasa bangga dalam menjalankan tugas sebagai abdi masyarakat.
Dengan memperingati Hari Bakti Pekerjaan Umum, kita tidak hanya mengenang sejarah heroik tetapi juga menghargai peran penting yang dimainkan oleh sektor pekerjaan umum dalam pembangunan infrastruktur dan kemajuan bangsa. Mari kita rayakan Hari Bakti PU dengan penuh rasa hormat dan kebanggaan atas kontribusi yang diberikan oleh para pahlawan dan pekerja sektor ini.
0 Comments