Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI): Sejarah dan Peranannya dalam Perfilman Tanah Air
Halo, Genk! Siapa artis favorit kalian? Apakah kalian pernah mendengar tentang PARFI? Bagi kalian yang mengikuti dunia film Indonesia, pasti sudah nggak asing lagi dengan Hari Persatuan Artis Film Indonesia atau yang lebih dikenal dengan PARFI. Setiap tahunnya, tepat pada tanggal 10 Maret, kita memperingati Hari Persatuan Artis Film Indonesia yang merupakan momen penting bagi para artis dan pelaku industri film di Tanah Air. Nah, untuk kalian yang penasaran dengan sejarah PARFI, yuk simak ulasan lengkapnya dalam artikel ini!
Sejarah Singkat PARFI: Berawal dari Keinginan untuk Bersatu
PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) merupakan organisasi profesi yang cukup tua di Indonesia, bahkan masih eksis hingga sekarang. Seperti yang tertulis dalam buku Menjadi Bintang: Kiat Sukses Jadi Artis Panggung, Film, dan Televisi oleh Karsito (2008), PARFI adalah wadah bagi para artis film di Indonesia untuk berkumpul dan memperjuangkan hak-hak mereka.
PARFI pertama kali didirikan pada 10 Maret 1956 di Gedung SBKA Manggarai, Jakarta Selatan. Kehadirannya adalah jawaban atas kekosongan yang ditinggalkan oleh organisasi sebelumnya, yaitu Sarikat Artis Indonesia (SARI), yang vakum akibat pendudukan Jepang. Para pendiri PARFI merasa bahwa sudah saatnya ada organisasi yang khusus menangani nasib artis film Indonesia, terlebih di tengah perkembangan industri perfilman yang semakin pesat saat itu.
Pada awal pendiriannya, organisasi ini memiliki sekretariat pertama di Jalan Kramat V, Jakarta Pusat. Musyawarah pertama organisasi ini memutuskan Suryo Sumanto sebagai Ketua Umum, dengan sejumlah tokoh perfilman lainnya seperti Rd. Sukarno (Rendra Karno), Kotot Sukardi, Basuki Effendi, dan Wildan Dja’far turut serta sebagai anggota pengurus.
Resmi Dibuka oleh Ibu Negara Fatmawati Soekarno
Pada tanggal 10 Maret 1956, PARFI diresmikan secara formal oleh Ibu Negara Fatmawati Soekarno. Kehadiran PARFI bukan hanya sebagai wadah bagi para artis, tetapi juga sebagai tempat untuk memperjuangkan cita-cita bersama dalam dunia perfilman. Seperti yang diungkapkan oleh tokoh perfilman Indonesia, H. Usmar Ismail, dalam sebuah pidatonya: "Dengan film kita bisa memberikan sumbangan pada revolusi Indonesia." Ini menunjukkan bahwa film bukan hanya untuk hiburan, tetapi juga memiliki peran besar dalam pembangunan bangsa.
Awalnya, anggota PARFI bukan hanya terdiri dari para artis film saja, tetapi juga para kru film dan karyawan industri perfilman. Pada 22 Maret 1964, seiring dengan kebutuhan untuk lebih fokus pada para profesional artis, dibentuklah organisasi KFT (Karyawan Film dan Televisi). Sejak saat itu, PARFI sepenuhnya berfokus pada artis film sebagai anggotanya.
Pergantian Kepemimpinan PARFI: Menghadapi Era Baru Perfilman
Ketika Suryo Sumanto wafat pada tahun 1971, posisi Ketua Umum PARFI digantikan oleh Wahyu Sihombing sebagai pejabat sementara. Setahun kemudian, Sofia Waldy, seorang aktris senior yang juga merupakan sosok penting di dunia film Indonesia, terpilih sebagai Ketua Umum PARFI untuk periode ke-IV.
Era kepemimpinan Sofia Waldy menandai semakin banyaknya artis yang bergabung dengan PARFI, seiring dengan pesatnya perkembangan industri perfilman Indonesia. Terutama pada masa kepengurusan Soedewo (1975-1977), produksi film di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang mendukung industri film nasional melalui Surat Keputusan (SK) Bersama Nomor: 71 yang mewajibkan importir film untuk memproduksi film nasional. Kebijakan ini memicu perkembangan pesat dunia perfilman, dan PARFI menjadi semakin relevan dalam memperjuangkan nasib para artis dan pelaku industri film.
Peran PARFI dalam Perfilman Indonesia
Seiring berjalannya waktu, PARFI telah bertransformasi menjadi organisasi yang bukan hanya memperjuangkan hak artis film, tetapi juga menjadi bagian penting dalam menjaga kualitas perfilman Indonesia. Melalui berbagai kegiatan, seperti seminar, workshop, dan even-even lainnya, PARFI terus mengedukasi dan memberikan dukungan kepada artis dan pelaku industri film untuk lebih berkembang. Selain itu, organisasi ini juga berperan dalam membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh para artis, mulai dari masalah kontrak hingga hak cipta.
Hari Persatuan Artis Film Indonesia yang diperingati setiap tanggal 10 Maret setiap tahunnya menjadi momen penting untuk mengenang sejarah panjang PARFI dan kontribusinya terhadap dunia perfilman Indonesia. Peran PARFI yang telah banyak mewarnai industri perfilman tanah air tak bisa dipandang sebelah mata, dan setiap tahun, kita kembali diingatkan akan pentingnya persatuan dan perjuangan para artis film.
Kenapa Kita Harus Peduli?
Sebagai penikmat film Indonesia, kita tentu merasa bangga dengan kemajuan perfilman tanah air yang semakin berkembang. Namun, kita juga harus ingat bahwa di balik layar, ada banyak perjuangan yang dilakukan oleh para artis dan pelaku industri film. Mereka adalah bagian dari sejarah panjang yang telah membentuk perfilman Indonesia seperti yang kita nikmati saat ini.
Genk, yuk kita terus mendukung perfilman Indonesia dengan cara kita masing-masing, salah satunya dengan selalu menonton film-film Indonesia, mendukung karya-karya anak bangsa, dan menghargai perjuangan para artis yang telah membawa industri ini sampai ke titik ini.
Selamat Hari Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI)! Semoga semangat untuk terus maju dan berkembang tetap membara di dunia perfilman Indonesia!
0 Comments